Sabtu, 29 Mei 2010

MEMAHAMI KONSEP PENGENDALIAN KUALITAS

Pada dasarnya klausul 8 ISO 9001:200 menyatakan bahwa organisasi harus menetapkan rencana-rencana dan menerapkan proses-proses pengukuran, pemantauan, analisis dan peningkatan yang diperlukan agar menjamin kesesuaian dari sistem manajemen kualitas. Hal ini dapat dicapai melalui penentuan metode-metode yang dapat diterapkan, termasuk teknik-teknik statistika dan lainya.
Peningkatan kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen, melalui mana kita mengukur karakteristik kualitas dari produk (barang atau jasa), kemudian membandingkan hasil pengukuran itu dengan spesifikasi produk yang diinginkan pelanggan, serta mengambil tindakan peningkatan yang tepat apabila ditemukan perbedaan diantara kinerja aktual dan standar.
Peningkatan kualitas sebagai suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas, serta menentukan dan menginterpresetasikan pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan kualitas produk, guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Dengan demikian pengertian peningkatan sistem manajemen kualitas berdasarkan ISO 9001 : 2000 lebih menekankan pada aspek peningkatan proses idustri dengan menggunakan alat-alat analisis termasuk teknik-teknik statistika, bukan sekedar penggunaan alat-alat statistika yang selama ini telah salah diinterpresetasikan oleh banyak orang yang berkecimpung diluar bidang teknik dan manajemen industri.

APC, STRUKTUR PRODUK DAN BOM

Asembly Process Chart (APC) adalah suatu peta yang menggambarkan langkah dan proses perakitan yang akan dialami oleh komponen-komponen, disertai dengan pemeriksaan (inspeksi) dari mulai sampai menjadi produk jadi. Bentuk APC pada dasarnya hampir sama dengan OPC (Operation Process Chart), tetapi dalam APC hanya proses perakitanya saja yang dicantumkan, adapun informasi-informasi yang dapat diperoleh dari APC diantaranya adalah:
1. Komponen apa saja yang digunakan dalam proses kegiatan.
2. Jumlah komponen yang diperlukan.
3. Ukuran dari komponen yang akan dirakit.
4. Jumlah proses perakitan yang akan dilakukan.
5. Urutan Proses Perakitan.
6. Material tambahan yang dibutuhkan masing-masing komponen yang akan dirakit.
7. Banyaknya pemeriksaan yang dilakukan pada proses perakitan.

Dalam penyusunan APC dapat memberikan manfaat pada perakitan, fungsi dari APC adalah:
1. Menentukan kebutuhan konsumen.
2. Mengetahui kebutukan akan kriteria objek yang akan dubuat.

Lambang-lambang yang digunakan dalam penyusunan APC hampir sama dengan OPC, adapun lambang-lambang yang digunakan untuk membuat suatu APC adalah:

Merupakan lambang dari proses operasi atau perakitan komponen yang mengalami perubahan karena dirakit dengan komponen yang lainya.

Meupakan lambang untuk kegiatan pemeriksaan, pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui proses perakitan yang telah dilakukan sesuai standar atau belum.
Merupakan lambang dari aktifitas penyimpanan, penyimpanan dilakukan setelah proses perakitan selesai dilakukan.

SISTEM SIMULASI

Konsep sistem simulasi muncul dan dilaksanakan pada permulaan tahun 1950-an, konsep ini muncul sebagai akibat dari terjadinya berbagai perubahan di dalam memandang persoalan dianggap dapat diuraikan menurut bagian-bagian yang berinteraksi secara simultan, perubahan-perubahan semacam ini secara nyata dapat diamati dalam percobaan.
Jenis-Jenis simulasi
Ada beberapa jenis simulasi adalah sebagai berikut:
1. Identity Simulation ( Simulasi Identitas) adalah sistem simulasi suatu kegiatan yang memberikan pernyataan atau suatu sistem dengan melalui model simbolik yang dapat dimanipulasi dengan mudah dan dapat menghasilkan angka-angka atau bilangan-bilangan numerik.
2. Ouasi Identity Simulation (Simulasi Identitas Semu) Simulasi ini selangkah lebih maju dibanding identity simulation. Semu ini memodelkan berbagai aspek yang terkait dari sistem yang sebenarnya dan dapat mengeluarkan unsur-unsur yang dapat membuat setiap Identity Simulation tidak berfungsi dengan baik.
3. Laboratory Simulation (Simulasi Laboratorium) Simulasi ini lebih murah dan lebih layak daripada identity simulation dan ouasi identity simulation dan akan dapat memberikan jawaban yang lebih esensial pada masa yang akan datang. Biasanya simulasi laboratorium ini memrlukan berbagai komponen, seperti: operator, software, hardware, komputer, prosedur operasional.

Operation Planning
Dalam operation planing menggunakan komputer untuk mengumpulkan data dan untuk mengolah informasi dari para pemain. Komputer memainkan peran penting untuk menjalankan berbagai aksi secara random yang merupakan jawaban dari para pemain.
Man Machine Simulation
Simulasi ini memberikan sudut pandang lain dalam menyelidiki berbagai konsep teknis dengan tujuan-tujuan tertentu. Disini aturan permainan tidak begitu dipentingkan, sementara komputer-komputer digunakan untuk mengolah dan menganalisis data, sebagai contoh:
1. Pada Rand Sistem, Research Laboratory juga menggunakan simulasi pembangkit rangsangan untuk mempelajari informasi-informasi procesing center.
2. Pada tahun 1956, Rand Corporation memastikan suatu logistics sistem laboratory dibawah sponsor angkatan laut USA. Studi ini pertama kali dilakukan pertama kali di laboratorium untuk hal-hal yang menyangkit simulasi dari dua sistem logistik yang luas.

Kamis, 06 Mei 2010

INDUSTRI KIMIA

Pengertian Industri Kimia
Industri adalah kerjasama sejumlah individu, rencana tujuan, spesialisasi aktifitas, penggunaan alat-alat dan mesin. Industri proses kimia adalah industri yang mengolah bahan baku / bahan mentah menjadi suatu hasil / produk dengan memanfaatkan proses-proses kimia. Proses-proses kimia yang dilakukan dalam industri kimia adalah reaksi kimia dan peristiwa kimia fisik. Peristiwa kimia fisik antara lain:
1. Pencampuran molekuler bahan-bahan dengan rumus dan strukrut molekul yang berlainan.
2. Pengubahan fase, antara lain : penguapan, pengembunan, pengkristalan.
3. Pemisahan campuran menjadi zat-zat penyusunya yang lebih murni.
Yang termasuk ke dalam industri proses kimia adalah:
1. Industri kimia dasar: yaitu industri proses kimia yang menghasilkan produk zat dasar kimia, seperti Asam Sulfat (H2SO4) dan Ammonia (NH3).
2. Industri pengolahan minyak bumi atau petroleum refinery: pada industri ini biasanya dihasilkan komponen-komponen bahan bakar minyak (BBM), seperti: bensin, kerosene, bahan bakar penerbangan, solar, minyak, diesel. Disamping itu dihasilkan juga produk-produk selain komponen bahan bakar minyak (non BBM), seperti, pelumas, wax, aspal, solvent, maupun produk petrokimia.
3. Industri petrokimia yaitu industri yang mengolah zat atau bahan yang berasal dari fraksi minyak bumi , seperti: Etilen (C2H4) dan propilen (C3H6).
4. Industri pengolahan logam.
5. Industri elokimia yaitu industri yang mengolah zat atau bahan yang berasal dari fraksi minyak atau lemak nabati atau hewani, seperti pabrik CPO (Crude Palm Oil).
6. Industri argokimia yaitu industri yang memproduksi aneka pupuk dan bahan kimia untuk budidaya pertanian, seperti pestisida, urea, ammonium sulfat.
7. Industri makanan dan minuman, seperti: susu, gula, dan garam.
8. Industri bahan pewarna dan pencelup.
9. Industri bahan peledak
10. Industri pulp dan kertas
11. Industri semen dan keramik
12. Industri karet, kulit dan plastik.

Industri kimia merujuk pada suatu industri yang terlibat dalam produksi zat kimia, industri ini mencakup petrokimia, agrokimia, farmasi, polimer, cat dan oleokimia, industri ini menggunakan proses kimia, termasuk reaksi kimia untuk membentuk zat baru, pemisahan berdasarkan sifat seperti kelarutan atau muatan ion, distilasi, transformasi oleh panas, serta metode-metode lain.
Industri kimia terlibat dalam pemrosesan bahan mentah yang diperoleh melalui penambangan, pertanian, dan sumber-sumber lain, menjadi material, zat kimia, serta senyawa kimia yang dapat berupa produk akhir atau produk antara yang akan digunakan di industri lain.

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL DAN KAPASITAS

Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned dan manufactured planned orders. Planned manufactured orders kemudian diajukan untuk analisis lanjutan berkenaan dengan ketersediaan kapasitas dan keseimbangan menggunakan perencanaan kebutuhan kapasitas (capacity requirements planning = CRP ).
Metode MRP merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item dependent demand, dimana permintaan cenderung discontinuous and lumpy. Item-item yang termasuk dependent demnad adalah sebagai berikut:bahan baku (raw material), parts, subassemblies, dan assemblies. Yang kesemuanya disebut manufacturing inventories. Teknik-teknik MRP dan CRP paling cocok diterapkan dalam lingkungan job shop manufactuirng, meskipun MRP dapat pula diadopsi dalam lingkungan repetitive manufacturing.
Moto dari MRP adalah memperoleh material yang tepat, dari sumber yang tepat, utnuk peentuan yang tepat, pada waktu yang tepat. Berdasarkan jadwal yang diturunkan dari rencana produksi. MRP membutuhkan lima sumber informasi utama yaitu:
1. Master Production Planning (MPS).
2. Bill Of Material (BOM)
3. Item Master.
4. Pesanan-pesanan orders.
5. Kebutuhan-kebutuhan (requirements).
Mekanisme-mekanisme dari MRP:
1. Lead Time
2. On Hand
3. Lot Size
4. Safety Stock
5. Planning Horizon
6. Gross Requirement
7. Project on Hand.

PENJADWALAN PRODUKSI INDUK (MPS)

Penjadwalan produksi induk atau biasa disebut MPS dalam dunia industri manufakturing, dalam MPS digunakan beberapa penjadwalan diantaranya sebagai berikut:
1. Penjadwalan produksi induk (Master Production Scheduling)
2. Jadwal Produksi Induk.
Pada dasarnya istilah MPS digunakan untuk jadwal produksi induk, yang dimaksud dengan MPS disini adalah jadwal produksi induk (master production sheduling) sedangkan istilah MPS untuk penjadwalan produksi induk yang mengacu pada aktifitas proses menghasilkan MPS disebut sebagai master scheduling, dan output dari aktifitas itu disebut sebagai master production schedule.
Pada dasarnya jadwal produksi induk merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan periode waktu. MPS mendisagregasikan dan mengimplementasikan rencana produksi. Apabila rencana produksi yang merupakan hasil dari proses perencanaan produksi (aktivitas pada level 1 dalam hirarki perencanaan prioritas dinyatakan dalam bentuk agregat, jadwal produksi induk yang merupakan hasil dari proses penjadwalan produksi induk dinyatakan dalam konfigurasi spesifik dengan nomor-nomor item yang ada dalam item master and BOM (Bills of Material).
Aktivitas penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk, memproses transaksi dari MPS, memelihara catatan-catatan MPS, mengevaluasi efektifitas dari MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan balik tinjauan ulang.

Definisi Pengukuran kerja Operator

Pengukuran kerja Operator adalah aktifitas untuk menilai dan mengevaluasi kecepatan operator. Tujuannya adalah untuk menormalkan waktu kerja yang disebabkan oleh ketidakwajaran.
Pengukuran waktu kerja adalah usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator terlatih dan qualified dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu.
Pada pengukuran waktu kerja ada dua jenis pengukuran, yaitu :
a. Pengukuran secara langsung :
- Pengukuran Jam henti ( stop watch Time Study ).
- Work Sampling.
b. Pengukuran secara tidak langsung :
- Data Waktu Baku (standar data).
- Data Waktu Gerakan.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari kedua jenis pengukuran diatas, antara lain :
a. Pengukuran secara langsung :
- Kelebihan:
Praktis, mencatat waktu saja tanpa harus menggunakan pekerjaan kedalam elemen-elemen pekerjaannya.
- Kekurangannya:
Membutuhkan waktu lebih lama dan biaya lebih mahal.
b. Pengukuran secara tidak langsung :
- Kelebihan:
• Waktu relatif singkat, tanpa mencatat elemen-elemen gerakan pekerja satu persatu.
• Biaya lebih murah.
• Prediterminded, kemampuan memprediksi suatu penyelesaian pekerjaan.

- Kekurangan:
• Belum ada tabel data waktu gerakan yang menyeluruh.
• Tabel yang digunkan adalah untuk orang eropa.
• Dibutuhkan ketelitian yang tinggi.

Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran
Untuk mendapatkan hasil yang baik yaitu yang dapat dipertanggungjawabkan, maka tidak cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan jam henti. Langkah-langkah yang perlu diikuti sebelum melakukan pengukuran adalah sebagai berikut:
a. Penetapan tujuan pengukuran
Tujuanya adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran.
b. Melakukan penelitian pendahuluan
Tujuannya adalah mempelajari kondisi kerja dan cara kerja sehingga diperoleh usaha perbaikan, membakukan secara tertulis sistem kerja yang dianggap baik, dan operator memerlukan pegangan baku.
c. Memilih operator
Tujuannya adalah agar operator dapat berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.
d. Melatih operator
Hal ini dapat ditunjukkan dengan kurva pengembangan penguasaan pekerjaan oleh operator sejak mulai mengenalnya sampai terbiasa.















Gambar Kurva belajar

e. Mengurai Pekerjaan Atas Elemen Pekerjaan
Tujuannya adalah untuk menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan, memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen, untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin dilakukan pekerja, dan mengembangkan data waktu baku standar setiap tempat kerja yang bersangkutan.
f. Menyiapkan alat-alat pengukuran
Alat-alat yang digunakan antara lain :
- Jam henti (stopwatch)
- Lembar pengamatan
- Alat tulis
- Papan pengamatan

(Sumber : Sutalaksana, 2006)

MANAJEMEN PERMINTAAN

Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefenisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin bahwa penyusun jadwal induk (master scheduler) mengetahui dan menyadari semua permintaan produk itu. Manajemen permintaan akan menjaring informasi yang berkaitan dengan peramalan (forecasting), order entry, order promising, branch warehouse requirement, pesanan antar pabrik (interplant orders), dan kebutuhan untuk service part.
Sumber utama yang berkaitan dengan informasi permintaan produk, yaitu:
1. Ramalan terhadap produk independent demand yang bersifat tidak pasti (uncertain), dan.
2. Pesanan-pesanan (orders) yang bersifat pasti (certain)
Aktifitas suatu peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan penjualan dan penggunaan produk sehingga produk-produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat. Dengan demikian peramalan merupakan suatu dugaan terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada beberapa variabel peramalan, sering berdasarkan data deret waktu historis. Peramalan dapat menggunakan teknik-teknik peramalan yang bersifat formal maupun informal. Konsep dasar sistem peramalan dalam manajemen permintaan, pada dasarnya terdapat sembilan langkan yang harus diperhatikan untuk menjamin efektifitas dan efisiensi dari sistem peramalan dalam manajemen pemintaan, yaitu:
1. Menentukan tujuan dari peramalan.
2. Memilih item independent demand yang akan diramalkan.
3. Menentukan horizon waktu dari peramalan (jangka pendek, menengah atau panjang).
4. Memilih model-model peramalan.
5. Memperoleh data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan.
6. Validasi model peramalan.
7. Membuat peramalan.
8. Implementasi hasil-hasil peramalan.
9. Memantau keandalan hasil peramalan.

DESAIN PROSES STRATEGIK DALAM SISTEM MANUFAKTUR

Pada dasarnya terdapat tiga hal penting yang perlu dipertimbangkan oleh pihak manajemen industri ketika mendesain proses strategik dalam suatu sistem manufaktur, yaitu:
1. Strategi respon terhadap permintaan konsumen.
2. Startegi desain proses manufakturing, dan.
3. Startegi sistem perencanaan dan pengendalian manufakturing.
Strategi respon terhadap permintaan konsumen mendefenisikan bagaimana suatu perusahaan industri manufaktur akan memberikan tanggapan atau respon terhadap permintaan konsumen. Pada dasarnya startegi respon terhadap permintaan konsumen dapat diklasifikasikan dalam lima kategori sebagai berikut:
1. Design to order merupakan strategi design to oerder atau kadang-kadang disebut sebagai enginner to order, perusahaan tidak membuat produk itu sebelumnya. Dengan demikian bagi perusahaan yang memilih startegi ini tidak mempunyai sistem inventori, karena produk baru akan didesain dan diproduksi setelah ada permintaan pelanggan.
2. Make to order Perusahaan industri yang memilih startegi make to order hanya mempunyai desain produk dan beberapa material standar dalam sistem inventori, dari produk-produk yang telah dibuat sebelumnya.
3. Assemble to order perusahaan industri yang memilih strategi assemble to order akan memiliki inventori yang terdiri dari semua subassemblies atau modul-modul. Apabila pelanggan memesan produk, produsen secara tepat merakit modul-modul yang ada dan mengirimkan dalam bentuk produk akhir ke pelanggan.
4. Make to stock perusahaan industri yang memilih strategi make to stock akan memiliki inventori yang terdiri dari produk akhir (finished produk) untuk dapat dikirim dengan segera apabila ada permintaan dari pelanggan.
5. Make to demand dapat dianggap sebagai suatu strategi baru yang akan dikembangkan dalam perusahaan industri, dimana respon terhadap peemintaan pelanggan secara total adalah fleksibel.

ANALISA KELAYAKAN PABRIK

Analisa kelayakan pabrik adalah sebuah penelitian atau studi mengenai sejauh mana sebuah pabrik dapat didirikan serta beroperasi, manfaat yang dapat diraih oleh orang yang terlibat dan dampak-dampak apa yang mungkin terjadi setelah pabrik didirikan. Tiga aspek penting dalam Analisa Kelayakan Pabrik:
1. Manfaat Ekonomis/manfaat finansial secara mikro:keuntungan jauh lebih besar dari resiko.
2. Manfaat ekonomis bagi negara (manfaat makro).
3. Manfaat sosial.
Pembuatan pabrik merupakan penanaman investasi, keuntungan sebuah negara bila ada penanaman investasi:
1. Penyerapan tenaga kerja.
2. Produk Output.
3. Penghematan Devisa.
4. Penambahan Devisa.
Untuk suatu perusahaan pembuatan pabrik merupakan kegiatan yang akan mengeluarkan modal (capital expenditure):
1. Konsekwensi pengembalian jangka panjang, oleh karena itu akan mempengaruhi keuangan perusahaan dalam waktu yang panjang juga.
2. Modal pembuatan pabrik biasanya besar untuk perusahaan tersebut.
3. Komitmen yang diambil biasanya tidak mudah dapat dirubah. Sekali membeli mesin produksi pabrik maka harga jual dipasar mesin tersebut akan jatuh.
Dalam pembuatan pabrik memerlukan biaya, dan komitmen dari perusahaan, oleh karena itu perlu dilakukan analisa/studi tentang kelayakan pendirian sebuah pabrik secara hati-hati, agar jangan sampai investasi yang sudah terlanjur ditanam tetapi tidak menguntungkan. Kesalahan yang mungkin terjadi:
1. Salah perencanaan.
2. Salah dalam memperkirakan pasar yang tersedia.
3. Salah dalam menerapkan teknologi.
4. Kesalahan dalam memperkirakan supply bahan baku.
5. Salah memperkirakan kebutuhan tenaga kerja.
6. Salah dalam pelaksanaan pembuatan pabrik.
7. Biaya yang membengkak.
8. Waktu yang tertunda-tunda.
Tujuan dilakukan analisa kelayakan pabrik adalah untuk menghindari keterlajuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang tidak menguntungkan.

Senin, 12 April 2010

proses produksi

Proses produksi merupakan proses perubahan masukan menjadi keluaran. Macam barang yang dikerjakan di unit produksi banyak sekali sehingga macam proses yang ada juga banyak. Pada umumnya proses produksi dibagi menjadi dua yaitu:

1. Proses Produksi Continous
Proses produksi yang tidak pernah berganti macam barang yang dikerjakan. Sejak pabrik berdiri selalu mengerjakan barang yang sama sehingga prosesnya tidak pernah terputus dengan mengerjakan barang lain. Setup atau persiapan fasilitas produksi dilakukan sekali pada saat pabrik mulai bekerja. Sesudah itu, proses produksi berjalan secara lancar. Biasanya urutan proses produksinya selalu sama sehingga letak mesin – mesin serta fasilitas produksi yang lain disesuaikan dengan urutan proses produksinya agar produksi berjalan lancar dan efisien.

2. Proses Produksi intermittent
Proses produksi yang digunakan untuk pabrik yang mengerjakan barang bermacam macam, dengan jumlah setiap macam hanya sedikit. Macam barang selalu berganti ganti sehingga selalu dilakukan persiapan produksi dan penyetelan mesin kembali setiap macam barang yang dibuat berganti. Perubahan proses produksi setiap saat terputus apabila terjadi perubahan macam barang yang dikerjakan. Oleh karena itu, tidak mungkin mengurutkan letak mesin sesuai dengan urutan proses pembuatan barang.

Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi dapat dikelompokkan menjadi tiga antara lain meliputi:
1. Routing
Routing merupakan kegiatan menentukan urut – urutan dalam mengerjakan suatu pekerjaan,sejak dimulai sampai dengan barang itu jadi.

2. Scheduling
Scheduling merupakan pembuatan jadwal (shedule) untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Jadwal kegiatan dibuat sejak mulainya pekerjaan sampai dengan selesai. Penyusunan schedule biasanya didasarkan pada per-mintaan konsumen, kemampuan sarana dan prasarana dan kendala – kendala yang lain. Biasanya untuk menjaga kelancaran proses produksi perlu dibuat Master Schedule. Master Schedule adalah daftar barang setiap macam barang pada waktu – waktu tertentu. Untuk memudahkan pelaksanaannya dan membacanya, biasanya schedule dinyatakan dalam bentuk table atau kadang – kadang berbentuk Guant chart, yaitu bagan berupa balok untuk menunjukkan waktu kegiatan.

3. Dispatching dan Follow up
Dispatching merupakan pemberian wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan. Pelaksanaan dispatching dapat dilakukan dengan perintah lisan, perintah tertulis, atau dengan tanda yang berupa bunyi. Sedangkan Follow up merupakan suatu langkah perbaikan atas kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Kesalahan terjadi karena rencana tidak sesuai dengan pelaksanaan.

Prosedur Perencanaan Produk
1. Perencanaan produksi berdasarkan permintaan pasar Perencanaan untuk perusahaan yang menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan pasar, pada umumnya macam produknya standar, usia produk panjang dan jumlah permintaan banyak. Perencanaan didahului dengan membuat forecasting permintaan, kemudian diikuti dengan rencana persediaan barang jadi dan rencana jumlah produksi. Selanjutnya dibuat rencana kebutuhan bahan baku,bahan pembantu, sumberdaya manusia, kebutuhan mesin dan sebagainya. Dari rencana kebutuhan bahan baku dapat dilanjutkan dengan rencana pembelian dan rencana penyimpanan barang. Dari rencana kebutuhan mesin dapat dilanjutkan dengan rencana pemanfaatan kapasitas dan scheduling.

2. Perencanaan produksi berdasarkan order Perencanaan untuk perusahaan yang melayani pesanan. Umumnya menghasilkan barang yang bermacam – macam, dengan bahan baku yang bermacam – macam. Permintaan barang bermacam – macam, macamnya berganti-ganti dan jumlahnya tidak tentu, sehingga sulit dibuat forecast permintaanya. Karena macam dan jumlah permintaan konsumen sulit diforecast, maka fasilitas produksi harus dibuat relative fleksibel, penyediaan bahan-baku dan pembantu berdasarkan rata – rata kebutuhannya pada tahun – tahun sebelumnya, dan belum tentu mengaitkan dengan macam barang yang dihasilkan.

Pengembangan Perencanaan dan Pengendalian Produksi dengan MRP
Salah satu pengembangan yang sangat penting dalam perencanaan dan pengendalian produksi adalah sistem perencanaan kebutuhan material (Material Requirement Planning). Dalam MRP biasanya hasil produksi akhir terdiri dari beberapa komponen, yang dibuat sendiri di pabrik. Masukan – masukan untuk membuat MRP:

1. Bills of Materials
Bills of Material adalah daftar barang – barang yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Daftar ini memuat apa saja yang diperlukan untuk membuat suatu barang, serta jumlah yang diperlukan untuk setiap produk.

2. Struktur Produk
Struktur produk adalah logika proses produksi, yang menyatakan hubungan antara beberapa pekerjaan pembuatan komponen sampai menjadi produk akhir, yang biasanya ditunjukkan dengan menggunakan skema.

3. Master Production Schedule
Master production schedule adalah jumlah barang yang dibuat pada setiap periode yang kan datang. Biasanya kebutuhan produksi tiap minggu, bulan atau hari.

4. Data Inventory atau persediaan barang
Informasi yang berkaitan dengan inventory adalah gross requirement, schedule receipts, projected on hand inventory, planned receipts, dan planned order releases.

Pengendalian Produksi
Pengendalian produksi mempunyai tanggung jawab terhadap pembuatan peramalan, rencana produksi, penjadwalan produksi, penugasan kerja, jalur produk, tingkat persediaan, ukuran jumlah pembelian yang ekonomis dan penyaluran produk dll.

Dokumen Proses Produksi
Untuk mengendalikan proses produksi diperlukan “dokumen” bagi penguraian dan spesifikasi produk. Dokumen yang dimaksudkan adalah yang meliputi:

1. Program produksi ( PP )
Suatu rencana jangka-panjang yang biasanya untuk pengembangan dan pengenalan produk – produk baru.

2. Rencana produksi ( RP )
Perencanaan yang biasanya bagi produk khusus, dimana dalam perencanaan tersebut akan dikendalikan produksi untuk periode waktu jangka-menengah.

3. Jadwal produksi ( JP )
Suatu perluasan rencana produksi untuk mengendalikan produksi dari produk – produk dan komponen – komponennya.

4. Perintah kerja (PK )
Suatu kewenangan dari departemen produksi untuk melaksanakan suatu tugas khusus, dalam arti apa yang akan dikerjakan dan kapan suatu pekerjaan dilakukan.

5. Laporan penyelesaian ( LP )
Pengawas produksi melaporkan penyelesaian suatu perintah kerja. Laporan ini dapat digabungkan dengan perintah kerja.

6. Catatan persediaan ( CP )
Suatu catatan yang memuat tentang jumlah persediaan produk, suku cadang, komponen, dan sebagainya. Persediaan tersebut dapat berupa barang yang disimpan atau yang masih dalam proses.

7. Deskripsi/uraian produk ( UP )
Keterangan fisik atau karakteristik suatu darang yang disesuaikan dengan suatu daftar uraian barang yang standar.
8. Gambar Produk ( GP )
Menggambarkan defenisi dari seluruh produk dan bagian – bagiannya yang digunakan dalam pembuatan atau perakitan produk.

9. Spesifikasi produk ( SP )
Keterangan mengenai kemampuan dan kondisi suatu suatu produk sesuai dengan fungsinya. Juga diterangkan percobaan apa yang digunakan dalam menentukan dapat diterimanya suatu produk.

10. Deskripsi proses ( DP )
Keterangan dari rincian proses yang digunakan dalam membuat produk dan bagian bagian komponennya.

11. Taksiran biaya ( TB )
Suatu bentuk taksiran biaya produksi berdasarkan suatu jadwal tertentu, yang dapat dijadikan sebagai informasi untuk diajukan dalam penetapan atau perencanaan anggaran belanja.

12. Standar pekerjaan (STP)
Waktu standar yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu dalam keadaan normal.

13. Laporan penerimaan ( LP )
Pengakuan resmi penerimaan bahan – bahan sesuai dengan deskripsi dan kualitas yang ditetapkan dalam perintah pembelian. Laporan ini tidak mencatat atau mengadakan pengakuan dapat diterimanya kualitas bahan.

14. Laporan pemeriksaan penerimaan ( LPP )
Keterangan dari hasil pemeriksaan barang yang diterima setelah barang tersebut diuji sesuai dengan spesifikasinya.

15. Laporan pemeriksaan dalam – proses ( LPdP )
Keterangan dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap produk yang masih dalam proses pembuatan

16. Laporan pemeriksaan akhir ( LPA )
Keterangan hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap barang jadi sebelum peyerahan barang.

17. Daftar permintaan barang ( DPB )
Permintaan dari pengendalian produksi untuk dapat membeli membeli barang – barang tertentu sesuai dengan jadwal yang diberikan.

18. Berita acara penerimaan barang ( BAPB )
Pengakuan resmi penerimaan komponen - komponen/bahan – bahan sesuai dengan deskripsi dan kualitas yang ditetapkan dalam perintah pembelian.

19. Bukti pengeluaran barang ( BPB )
Keterangan jumlah barang yang dikirim sesuai dengan perintah penjualan termasuk tanggal dan kepada siapa dikirimkan.

Minggu, 11 April 2010

Prinsip-Prinsip Implementasi K3

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia masih jauh dibandingkan sistem manajemen lainnya, seperti sistem manajemen mutu dan lingkungan. Banyak perusahaan yang masih mengabaikan sistem ini, di samping itu pengetahuan dan kepedulian masyarakat pada umumnya dan kalangan industri pada khususnya masih rendah tentang pentingnya penerapan Sistem Manajemen K3, walau ketentuan dan persyaratannya sebenarnya telah ditetapkan beberapa tahun lalu. Penerapan peraturan perundang-undangan dan pengawasan serta perlindungan para pekerja sangat memerlukan sistem manajemen industri yang baik dengan menerapkan K3 secara optimal. Sebab, faktor kesehatan dan keselamatan kerja sangat mempengaruhi terbentuknya SDM yang terampil, profsional dan berkualitas dari tenaga kerja itu sendiri. K3 tampil sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan, dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja dan penglipat ganda kegairahan serta kenikmatan kerja.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah penerapan peraturan/stadar K3 secara terpadu dalam sistem manajemen perusahaan. Prinsip-prinsip penerapan SMK3 mengacu kepada 5 prinsip dasar SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kese-lamatan dan Kesehatan Kerja BAB III ayat (1) yaitu :
1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, ttujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, serta sasaran keselamatan dan kesehata kerja.
4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

Langkah-Langkah Pengembangan SMK3

Langkah-langkah dalam mengembangkan Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Peraturan Perundang-undangan dan Standar
Sebelum implementasi harus diidentifikasi semua peraturan perundang-undangan dan standar K3 yang berlaku dalam perusahaan yang bersangkutan. Sebaiknya dibentuk tim untuk mendokumentasikan peraturan perundang-undangan dan standar dibidang K3. Dari hasil identifikasi ini kemudian disusun Peraturan K3 perusahaan dan Pedoman pelaksanaan K3. Praktek pada banyak perusahaan, peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dicetak dalam bentuk buku saku yang selalu dibawa oleh tenaga kerja, agar setiap pekerja memahami peraturan tersebut harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja.

2. Menetapkan Kebijakan K3 Perusahaan yaitu pernyataan mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan K3 yang menegaskan keterikatan perusahaan terhadap pelaksanaan K3 dengan melaksanakan semua ketentuan K3 yang berlaku sesuai dengan operasi perusahaan, melindungi keselamatan dan kesehatan semua pekerja termasuk kontraktor dan stacholder lainnya seperti pelanggan dan pemasok.

3. Mengorganisasikan, untuk melaksanakan kebijakan K3 secara efektif dengan peran serta semua tingkatan manajemen dan pekerja. Bagaiana Top Manajemen menempatkan organisasi K3 diperusahaan serta dukungan yang diberikan merupakan pencerminan dari komitmen terhadap K3.

4. Merencanakan SMK3
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Mana-jemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.

5. Penerapan SMK3
Perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualifikasi, sarana yang memadai sesuai sistem Manajemen K3 yang diterapkan dengan membuat prosedur yang dapat memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan.

6. Mengukur dan memantau hasil pelaksanaan, dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Ada dua macam ukuran yang dapat digunakan yaitu ukuran yang bersifat reaktif yang didasarkan pada kejadian kecelakaan dan ukuran yang bersifat proaktif, karena didasarkan kepada upaya dari keseluruhan sistem.

7. Melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeluruh. Dengan melaksana-kan audit K3, manajemen dapat me-meriksa sejauh mana organisasi telah melaksanakan komitmen yang telah disepakati bersama, mendeteksi berbagai kelemahan yang masih ada, yang mungkin terletak pada perumusan komitmen dan kebijakan K3, atau pada pengorganisasian, atau pada perencanaan dan pelaksanaannya.

Senin, 05 April 2010

PENGERTIAN DAN DEFENISI PABRIK/INDUSTRI

Pabrik yang dalam istilah asingnya dikenal sebagai factory atau plant adalah setiap tempat dimana faktor-faktor seperti:
1.Manusia
2.Mesin & Peralatan (fasilitas) produksi lainya.
3.Material
4.Energi
5.Uang (modal/kapital)
6.Informasi, dan
7.Sumber daya alam (tanah, air dan mineral)
Dikelola bersama-sama dalam suatu sistem produksi guna menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif, efisien dan aman. Istilah pabrik ini sering diartikan sama dengan industri, meskipun industri sebenarnya memiliki pengertian yang lebih luas. Pabrik pada dasarnya merupakan salah satu jenis industri yang terutama akan menghasilkan produk jadi (finished goods product) seperti halnya yang dijumpai dalam industri manufaktur.
Dengan mempertimbangkan aktivitas-aktivitas yang umum dilaksanakan, maka industri akan diklasifikasikan sebagai:
a.Industri Penghasil Bahan Baku (The Primary Raw Material Industri)
Yaitu industri yang aktivitas produksinya adalah mengolah sumber daya alam guna menghasilkan bahan baku maupun bahan tambahan lainya yang dibutuhkan oleh industri penghasil produk atau jasa. Industri tipe ini umum dikenal pula sebagai “extractive/primary industri”. Contoh: Industri perminyakan dan pengolahan biji besi.
b.Industri manufaktur (The Manufaktur Industries), yaitu industri yang menghasilkan bahan baku guna dijadikan bermacam-macam bentuk/model produk, baik yang masih produk berupa setengah jadi ataupun yang sudah berupa produk jadi. Contoh: Industri Permesinan dan Industri Mobil.
c.Industri Penyalur (Distribution Industries), yaitu industri yang berfungsi untuk melaksanakan pelayanan jasa industri baik untuk bahan baku maupun “finished goods product” disini bahan baku ataupun bahan setengah jadi akan diditribusikan dari prosedur yang lain dan dari produsen ke konsumen.
d.Industri Pelayanan / Jasa (Service Industries), Yaitu industri yang bergerak dibidang pelayanan atau jasa, baik untuk melayani dan menunjang aktivitas industri yang lain maupun langsung memberikan pelayanan/ jasa kepada konsumer. Contoh: Bank, jasa angkutan, rumah sakit dan lain-lain.

PERENCANAAN PROYEK

Proyek dapat didefenisikan sebagai sederatan tugas yang diarahkan kepada suatu hasil utama. Di dalam perusahaan, organisasi proyek (project organization) dibentuk untuk memastikan program yang telah ada tetap berjalan dengan lancar secara harian (day-to-day basis), sementara proyek baru dapat berhasil diselesaikan.
Untuk perusahaan yang mengerjakan beberapa proyek besar sekaligus, seperti perusahaan konstruksi, organisasi proyek adalah cara yang efektif untuk menggunakan orang dan sumber daya fisik yang diperlukan. Ini adalah struktur organisasi yang dirancang untuk mencapai hasil dengan menggunakan tenaga ahli pada seluruh bagian diperusahaan. Organisasi akan bekerja apabila:
1.Pekerjaan dapat didefenisikan dengan sasaran dan target waktu khusus.
2.Pekerjaan tersebut unik atau tidak begitu biasa dalam organisasi yang ada.
3.Pekerjaan mengandung tugas-tugas kompleks dan saling berhubungan yang membutuhkan keterampilan khusus.
4.Proyek sifatnya sementara tapi penting bagi organisasi dan industri.
5.Proyek meliputi hampir semua lini organisasi.
(Sumber: Jay heizer & Barry Render, 2006)

Rabu, 24 Maret 2010

Just In Time (JIT)

Konsep dasar system produksi tepat waktu (Just in Time) adalah memproduksi output yang diperlukan, pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam system produksi, dengan cara yang paling ekonomis dan yang paling efisien.
Dalam situasi persaingan yang sangat kompetitif saat ini, dimana pasar menetapkan harga (produsen harus mengikuti harga pasar yang berlaku) serta pelanggan hanya dibutuhkan pada saat dengan harga yang kompetitif pada tingkat kualitas yang diinginkan, strategi produksi tepat waktu (Just In Time) lebih tepat dibandingkan strategi peroduksi konvensional.
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time Production System) pada awalnya dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota motor Coorporation di jepang, sehingga sering juga disebut sebagai system produksi Toyota. Strategi ini kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan jepang, terutama setelah krisis minyak dunia pada tahun 1973. Tujuan utama dari system produksi tepat waktu ini adalah mengurangi ongkos produksi dan meningkatkan produktifitas total industry secara keseluruhan dengan cara menghilangkan pemborosan (Waste) secara terus-menerus. (John A.White:Production Handbook,Georgia Institute of Technology,1987).
Strategi produksi Just In Time (JIT) diterapkan pada seluruh system industry modern sejak proses rekayasa (engineering), pemesanaan material dari pemasok (Suppliers), manajemen material dalam industry, proses fabrikasi industry, sampai distribusi produk industry kepada pelanggan. Tampak bahwa system industry modern berorentasi kapada kepuasan pelanggan dengan jalan mengintegrasikan ketiga komponen utama, yaitu: Pemasok material (Input), proses fabrikasi (Factory Proses) dan pelanggan customer sebagai satu system yang utuh.
Beberapa sasaran utama yang ingin dicapai dari system produksi JIT adalah:
1. Reduksi scrap dan rework.
2. Meninggalkan jumlah pemasok yang ikut Just In Time.
3. Meningkatkan kualitas proses produksi.
4. Mengurangi inventory (Orientasi zero Inventory).
5. Reduksi penggunaan ruang pabrik.
6. Linearitas output pabrik (Berproduksi pada tingkat yang constant selama waktu tertentu).
7. Reduksi overhead dan
8. Meningkatkan produktifitas total indutri secara keseluruhan.
Untuk dapat menerapkan strategi Just In Time (JIT), sistem informasi dalam industri harus bersifat transparan dan komperehensif, dimana beberapa mode informasi yang diperlukan adalah:
1. Daftar pemasok material dari program Just In Time.
2. Laporan kualitas yang komprehensif dalam perusahaan.
3. Laporan secara rutin kepada pemasok material dan departement pembelian material dari perusahaan.
4. Pertemuan secara periodik dengan setiap pemasok material.
Agar strategi Just In Time yang diterapkan menjadi efektif, tentu saja perlu dibuat tindakan korektif dalam program ini apabila berjalan tidak sesuai harapan. Beberapa tindakan korektif dalam program Just In Time adalah:
1. Membuat daftar masalah kepada pemasok material.
2. Meminta komitmen pemasok untuk menyelesaikan masalah.
3. Memberi dukungan teknik dan manajemen kepada pemasok apabila diperlukan.
4. Diskualifikasi pemasok material itu apabila tidak ada respon terhadap masalah dalam waktu tertentu.
5. Melakukan inspeksi secara berkala, dan
6. Diskualifikasi terhadap pemasok yang tidak melakukan peningkatan atau perbaikan kualitas terus-menerus, ditunjukan dalam gambar 2.1.
Dari gambar 2.1 tampak bahwa sasaran dari strategi produksi Just In Time (JIT) adalah reduksi biaya dan meningkatkan arus perputaran modal (Capital Turnover Ratio) dengan jalan menghilangkan setiap pemborosan (Waste) dalam system indutri. JIT harus dipandang sebagai sesuatu yang lebih luas dari pada sekedar suatu program pengendalian inventori. JIT adalah suatu filosofi yang berfokus pada upaya untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, pada tempat dan waktu yang tepat.
Tujuan utama JIT adalah menghilangkan pemborosan melalui perbaikan terus-menerus (Continuous Improvement). Dibawah filosofi JIT, segala sesuatu baik material, mesin dan peralatan, sumber daya manusia, modal. Informasi manajerial, proses dan lain-lainyang tidak memberikan nilai tambah kepada produk disebut pemborosan(Waste). Nilai tambah produk, merupakan kata kunci JIT, nilai tambah produk hanya diperoleh melalui aktifitas aktual yang dilakukan langsung pada produk, dan tidak melalui pemindahaan, penyimpanan, penghitungan dan penyortiran produk, pemindahaan, penyimpanan, penghitungan dan penyortiran produk, tidak menambah nilai pada produk itu, tetapi merupakan biaya, dan biaya yang dikeluarkan tanpa memberikan nilai tambah pada produk itu, tetapi merupakan biaya, dan biaya yang dikeluarkan tanpa memberikan nilai tambah pada produk merupakan pemborosaan (Waste).
Pada dasarnya system produksi JIT mempunyai enam tujuan dasar sebagai berikut:
1.Mengintegrasikan dan mengoptimumkaan setiap langkah dalam proses manufacturing.
2.Menghasilkan produk berkualitas sesuai keinginan pelanggan
3.Menurunkan ongkos manufacturing secara terus-menerus.
4.Menghasilkan produk hanya berdasarkan permintaan pelanggan.
5.Mengembangkaan fleksibilitas manufacturing.
6.Mempertahankan komitmen tinggi untuk bekerjasama dengan pemasok dan pelanggan.
(Sumber : Vincent, Gasperz,2003)

Proses Produksi

Proses industri dipandang sebagai suatu perbaikan terus-menerus (continuos improvment), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen.
Proses produksi terdiri dari dua kata, yaitu proses dan produksi yang memiliki makna yang berbeda. Proses adalah cara, metode, dan teknik bagaimana sumber-sumber (manusia, mesin, material dan uang) yang akan dirubah untuk memperoleh suatu hasil. Sedangkan produksi adalah kegiatan menciptakan atau menambah kegunaan
suatu barang atau jasa. Jadi pengertian dari proses produksi adalah suatu cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (manusia, mesin, material, dan uang) yang ada.

Jenis-Jenis Proses Produksi, Secara umum, proses produksi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu proses produksi yang terus-menerus (countinous processes) dan proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes). Perbedaan pokok dari kedua proses produksi tersebut adalah berdasarkan pada panjang tidaknya waktu persiapan untuk mengatur (set up) peralatan produksi yang digunakan untuk memproduksi suatu produk atau beberapa produk tanpa mengalami perubahan. Pada proses produksi yang terus-menerus, perusahaan atau pabrik menggunakan mesin-mesin yang dipersiapkan (set up) dalam jangka waktu yang lama dan tanpa mengalami perubahan. Sedangkan untuk proses produksi yang terputus-putus menggunakan mesin-mesin yang dipersiapkan dalam jangka waktu yang pendek, dan kemudian akan dirubah atau dipersiapkan kembali untuk memproduksi produk lain.
Untuk menentukan suatu pabrik atau perusahaan menggunakan proses produksi yang terus-menerus (countinous processes) atau proses produksi yang terputus-putus (countinous processes), dapat dilihat dari sifat-sifat atau ciri-ciri dari kedua jenis proses produksi tersebut. Adapun sifat-sifat atau ciri-ciri dari proses produksi
yang terus-menerus (countinous processes), yaitu :
1. Produk yang dihasilkan pada umumnya dalam jumlah besar dengan variasiyang sangat kecil dan sudah distandarisasikan.
2. Sistem atau cara penyusunan peralatannya berdasarkan urutan pengerjaan dari
produk yang dihasilkan, yang biasa disebut product layout/departementation
by product.
3. Mesin-mesin yang digunakan untuk menghasilkan produk bersifat khusus
(Special Purpose Machines).
4.Pengaruh operator terhadap produk yang dihasilkan sangat kecil karena mesin
biasanya bekerja secara otomatis, sehingga seorang operator tidak perlu memiliki keahlian tinggi untuk pengerjaan produk tersebut.
5. Apabila salah satu mesin/peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh proses
akan terhenti.
6. Job strukturnya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu banyak.
7. Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses lebih rendah dari padapersediaan bahan mentah dan bahan dalam proses pada proses produksi yang terputus-putus.
8. Diperlukan perawatan khusus terhadap mesin-masin yang digunakan.
9. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan yang tetap (fixed path
equipment) yang menggunakan tenaga mesin, seperti konveyor.
Sedangkan sifat-sifat atau ciri-ciri dari proses produksi yang terputus-putus
(countinous processes) adalah :
1. Produk yang dihasilkan biasanya dalam jumlah kecil dengan variasi yang
sangat besar dan didasarkan pada pesanan.
2.Sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan atas fungsi dalam proses
produksi atau peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process layout/departemantation by equipment.
3. Mesin-mesin yang digunakan bersifat umum dan dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hamper sama(General Purpose Machines).
4. Pengaruh operator terhadap produk yang dihasilkan cukup besar, sehingga operator memerlukan keahlian yang tinggi dalam pengerjaan produk serta terhadap pekerjaan yang bermacam-macam yang menimbulkan pengawasan yang lebih sulit.
5. Proses produksi tidak akan berthenti walaupun terjadi kerusakan atau terhentinya salah satu mesin/peralatan.
6. Persediaan bahan mentah pada umumnya tinggi karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang harus dipesan oleh pembeli, dan persediaan bahan dalam proses lebih tinggi dari proses produksi yang terus-menerus (countinous processes) karena prosesnya putus-putus.
7. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang dapat berpindah secara bebas (Variable Path Equipment) yang menggunakan tenaga manusia, seperti kereta dorong atau forklift.
8. Pemindahan bahan sering dilakukan bolak-balik sehingga perlu adanya ruang
gerak (aisle) yang besar dan ruang tempat bahan-bahan dalam proses (work in
process) yang besar.
(Sumber : V. Gaspersz, 2004)

Jumat, 19 Maret 2010

Definisi Teknologi Informasi

Definisi teknologi informasi adalah suatu data sekumpulan item yang belum mempunyai arti bagi penggunanya. Contoh : Mega, 1050502, 2002501, 18. Informasi adalah suatu data yang terstruktur hasil olahan dan telah memiliki arti bagi penggunanya. Contoh : 1050502, Mega, 022-2002501. Definisi informasi secara Internasional adalah sebagai hasil dari pengolahan data yang secara prinsip memiliki nilai atau value yang lebih lebih akurat dan hampir benar dibandingkan data mentah.
Teknologi adalah ilmu yang berkaitan dengan seni atau sains dengan pengaplikasian pengetahuan saintifik ke praktis dan aplikasi praktis dari sains dalam industri dan bisnis. Teknologi informasi adalah teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran data / informasi tersebut dalam batas–batas ruang dan waktu. Teknologi informasi merupakan pengembangan dari teknologi komputer dipadukan dengan teknologi telekomunikasi. Komputer hanyalah salah satu produk dalam domain teknologi informasi. Modem, Router, Oracle, SAP, Printer, Cabling System, VSAT dan sebagainya merupakan contoh–contoh dari produk- produk teknologi informasi.
Definisi sistem informasi adalah suatu kumpulan dari komponen– komponen yang memiliki unsur keterkaitan dan terintegrasi antara satu dengan lainnya dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan. Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen–komponen dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Pada masa lalu teknologi informasi yang digunakan berupa goresan/gambar, arsip, telegraf, dan lain– lain. Pada masa kini Teknologi Informasi yang digunakan antara lain berupa komputer, faks, telekonferensi.
Informasi dapat diperoleh melalui :
- Pustaka (ilmiah, semi – ilmiah, popular).
- Media massa (cetak, radio, tv).
- Lisan (wawancara, telepon).
- Tulisan (surat, fax).
Perangkat Bantu yang digunakan untuk memperoleh informasi adalah :
- Manual (Pena, Pensil).
- Mesin Mekanis (Mesin Tik).
- Alat Elektronis (Komputer).
- Alat Telekomunikasi.
Data sebaiknya diolah dengan cara :
- Perekaman awal. - Penyimpanan.
- Pengklasifikasian. - Cara pengambilan kembali.
- Penyusunan/ Pengurutan. - Perbanyakan.
- Penghitungan . - Penyampaian.
Buat GW.
*Bidang keahlian *
Pada dasarnya, ilmu Teknik Industri dapat dibagi ke dalam tiga bidang keahlian, yaitu Sistem Manufaktur, Manajemen Industri, dan Sistem Industri dan Tekno Ekonomi.
Sistem Manufaktur, Sistem Manufaktur adalah sebuah sistem yang memanfaatkan pendekatan teknik industri untuk peningkatan kualitas, produktivitas, dan efisiensi sistem integral yang terdiri dari manusia, mesin, material, energi, dan informasi melalui proses perancangan, perencanaan, pengoperasian, pengendalian, pemeliharaan, dan perbaikan dengan menjaga keselarasan aspek manusia dan lingkungan kerjanya. Jenis bidang keilmuan yang dipelajari dalam Sistem Manufaktur ini antara lain adalah Sistem Produksi, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Pemodelan Sistem, Perancangan Tata Letak Pabrik, dan Ergonomi.
Manajemen Industri, Bidang keahlian Manajemen Industri adalah bidang keahlian yang memanfaatkan pendekatan teknik industri untuk penciptaan dan peningkatan nilai sistem usaha melalui fungsi dan proses manajemen dengan bertumpu pada keunggulan sumber daya insani dalam menghadapi lingkungan usaha yang dinamis. Jenis bidang keilmuan yang dipelajari dalam Manajemen Industri antara lain adalah Manajemen Keuangan, Manajemen Kualitas, Manajemen Inovasi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen Pemasaran, Manajemen Keputusan dan Ekonomi Teknik.
Sistem Industri dan Tekno Ekonomi, Bidang keahlian Sistem Industri dan Tekno-Ekonomi adalah bidang keahlian yang memanfaatkan pendekatan teknik industri untuk peningkatan daya saing sistem integral yang terdiri atas tenaga kerja, bahan baku, energi, informasi, teknologi, dan infrastruktur yang berinteraksi dengan komunitas bisnis, masyarakat, dan pemerintah. Bidang keilmuan yang dipelajari di dalam Sistem Industri dan Tekno Ekonomi antara lain adalah Statistika Industri, Sistem Logistik, Logika Pemrograman, Operational Research, dan Sistem Basis Data.

Pengaruh Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Komputer Terhadap Trend Industri Retail @ Mesin Kasir

Di tahun 1980 masih banyak diantara kita di Indonesia yang belum melek komputer, sehingga pada saat itu kita sudah sangat bangga jika menggunakan mesin tik elektronik. Tahun 1987, kita mulai mengenal komputer ber-prosesor 286, dimana untuk menghidupkannya masih menggunakan disket DOS. Selain itu sistem operasi pada saat itu msih belum open system, sehingga sistem PC tidak dapat berkomunikasi dengan sistem lainnya yaitu Mac.Untuk mengirimkan files kepada seseorang yang berlainan kota, kita masih membutuhkan jasa pos atau kurir. Tahun 1990, orang Indonesia dengan bangganya menenteng organizer elektronis bermemori 2 MB untuk dapat disebut melek teknologi.

Salah satu penerapan teknologi informasi di ritel
Saat ini teknologi komputer sudah berkembang demikian pesatnya . Di pasaran komputer kini telah sampai ke teknologi komputer berprosesor Pentium IV dengan kecepatan sampai 2 Gz dan memori 1.5 GB. Orang juga dapat dengan mudah berkomunikasi dan bertukar informasi walau pun sistem operasi komputernya berbeda, karena kini sistem operasi sudah open system. Untuk mengirimkan file, semudah mengklik sebuah program. Fungsi kantor pos untuk berkirim surat mulai berkurang peranannya. Kini tempat organizer elektronik digantikan oleh PDA (Personnel Digital Assistenat), atau Pocket PC dengan memori sampai 64 MB dan sistem operasi PalmOS atau Windows Pockect PC 2002, yang diluncurkan October 2001 lalu. Dengan kehadiran PDA mobilitas orang kini tidak lagi menjadi halangan untuk berkomunikasi dan mengakses informasi di internet, mau pun melakukan aktivitas seperti mengetik atau membuat perhitungan dengan spread sheet.

Salah satu contoh penerapan teknologi tinggi di bidang usaha ritel, Hal yang sama terjadi dengan teknologi komunikasi (telpon). Tahun 1977, mobile telepon masih sebesar tas jinjing. Kini ukuran dan kemampuan mobile telepon sudah melompat jauh. Ukuran mobile phone kini sangat kecil dan dilengkapi dengan teknologi baru seperti Blue Tooth dan GPRS. Telpon seperti ini dipadukan dengan PDA, mampu membawa pemiliknya ke dunia maya secara mudah, tanpa perlu pasang-pasang kabel. Operator telpon juga semakin banyak, tahun 1975 kita hanya mengenal Telkom untuk telpon rumahan dan teknologi AMPS untuk mobile telepon. Kini kita memiliki lebih banyak pilihan misalnya Telkom, Ratelindo, C4, AMPS, GMS 900, CDMA, GMS 1800, dan PSN (telpon satelit). Untuk sambungan internasional pun tersedia alternatif yang jauh lebih murah melaui VOIP di internet.

Contoh konfigurasi jaringan ritel yang terintegrasi
Trend di atas mau tidak mau akan berimbas pada perkembangan industri retail di tanah air. Retailer di Indonesia perlu mencermati trend ini, agar pada saatnya nanti dapat memaksimumkan kesempatan yang ada untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya dari trend yang terjadi. Mari kita lihat trend apa saja yang akan menyertai perkembangan teknologi ini.
“The internet is like a weapon sitting on the table, ready to be picked either by you or your competitors” demikian nasihat yang diberikan oleh Michael Dell, pendiri Dell Computer.. Saat ini jumlah pengguna internet di Indonesia baru sekitar 1% dari jumlah penduduk atau lebih kurang dua juta orang. Walau pun demikian pada masa mendatang jumlah ini akan terus mengalami peningkatan. Sehingga tidak salah jika dikatakan trend blue chip di masa mendatang adalah non-store retailing melalui internet yang dikenal dengan e-retailing, e-tailing atau e-Commerce B2C.
Melihat pengalaman di Amerika, survey dari Boston Consulting Group (BCG), menunjukkan bahwa pada tahun 2000, e-retailing tumbuh dengan laju 120% dan mencapai penjualan senilai 33 milliar USD. Pada tahun 2001 diperkirakan tumbuh 85% dengan penjualan mencapai 61 milliar USD (Retailernews.com, Feb 2001).
Produk apa yang cocok dijual melalui internet? Produk yang penjualanya didukung oleh impulse buying atau produk tak bermerek yang karakteristiknya ditentukan oleh evaluasi secara organoleptik (evaluasi pancaindera terhadap bentuk, tekstur, warna, rasa, dan bau), tidak akan sukses jika dijual melalui e-retailing. Produk yang cocok untuk dipasarkan melalui internet adalah produk rasional. Artinya produk yang dijual harus produk yang mudah dideskripsikan, memiliki loyalitas merek yang tinggi atau mereknya sudah demikian dikenal oleh target pembelinya, misalnya buku, komputer, camera, appliances, peralatan kantor, produk kecantikan, produk kesehatan dan pakaian. Riset dari BCG, menunjukkan bahwa kategori seperti komputer, buku, mobil, produk kecantikan dan kesehatan merupakan kategori yang paling pesat pertumbuhan penjualannya di internet. Untuk produk makanan dan toiletries, hanya merek-merek terkenal yang paling umum dikonsumsi yang mungkin sukses dijual secara e-tailing. Sedangkan untuk produk fresh seperti daging, ikan dan buah masih sulit untuk dipasarkan melalui e-tailing karena perilaku pembelian konsumen yang sangat khas untuk produk-produk ini. Untuk membeli produk fresh pembeli butuh melihat, menyentuh dan membaui terlebih dahulu sebelum memutuskan pembelian.
Didukung oleh perkembangan teknologi PDA, barcoding dan mobile telpon, e-tailing masa depan akan sangat jauh berbeda dengan praktek yang terjadi sat ini. Pada masa depan berbelanja akan semakin singkat, mudah, dan praktis. Kita dapat memesan produk melalui PDA/mobile phone yang dilengkapi dengan barcode scanner, bayar dengan ATM atau credit card secara on-line. Teknologi I-Home yang dikembangkan oleh Cisco Systems, bahkan sanggup membuat kulkas kita memesan barang secara langsung ke supermarket, jika stock barang di dalamnya dibawah stock minimum yang kita set. Selanjutnya pesanan dapat kita ambil sendiri atau langsung diantar via delivery service.
Selain berbelanja melalui internet, tentunya di masa depan kita juga masih dapat berbelanja langsung ke supermarket. Namun supermarket masa depan akan jauh berbeda dengan supermarket yang ada saat ini. Jika sekarang kita memilih barang dan meminta cashier menscan barcode-nya, maka di masa depan kita menscan sendiri barang yang kita inginkan dengan handheld terminal yang disediakan toko atau PDA yang kita miliki. Lalu meletakkan barang di trolley khusus yang dilengkapi barcode reading dengan teknologi seperti blue tooth. Jika barang belum di-scan, alarm pada trolley akan berbunyi, mengingatkan kita untuk menscannya dulu. Total harga barang yang telah di-scan dapat dibayar via ATM atau credit card secara on line lewat PDA atau hand phone. Selanjutnya kita langsung menuju pintu keluar untuk mengambil receipt dan membungkus belanjaan.

Gambar Sistem Check Out Kasir Sendiri (Self Service)
Toko-toko mungkin tidak lagi membutuhkan cashier atau pun cash register. Para cashier harus mulai berpikir untuk menemukan pekerjaan baru! Dengan teknologi seperti ini toko akan beroperasi lebih effisien, dan mampu mengontrol shrinkage lebih baik. Sekarang teknologi seperti ini sedang dikembangkan oleh Wal-Mart bersama Symbol Technologies.
Teknologi diatas dimungkinkan dengan adanya teknologi wireless LAN dan teknologi barcoding yang dikembangkan oleh Barpoint.com bekerjasama dengan Palm Pilot, Teknologi CueCat dari CueCat.com dan deBarcode.com. Saat ini teknologi seperti ini sedang dikembangkan oleh Radio Shack dan CueCat di AS. Misalnya jika kita berkunjung ke outlet Radio Shack, kita akan diberikan satu unit CueCat gratis untuk dihubungkan ke unit PC di rumah. Dengan alat ini kita dapat menscan barcode dari produk yang dicantumkan di iklan majalah atau catalog Radio Shack, untuk selanjutnya browser internet akan meload data profil produk tersebut melalui PC. Jika tertarik, kita dapat langsung memesannya secara on line. Dan barang pun akan segera dikirimkan ke rumah kita.
Di masa depan fungsi seller (pramuniaga toko) dapat digantikan oleh tokoh animasi, yang dengan sigap dan tak kenal lelah menjawab seluruh pertanyaan calon pembeli melalui computer station yang dipasang di area toko. Jadi jangan kaget jika di masa depan kita dilayani oleh Lara Crox, saat berbelanja di supermarket.
Perkembangan teknologi e-retailing dan e-barcoding , akan mendorong berkembangnya pelayanan cyber price survey. Melalui jasa seperti ini, jika ingin mengetahui atau membandingkan harga yang ada di pasar, konsumen dapat dengan mudah mengakses situs tertentu dan memperoleh informasi tersebut. Informasi yang diberikan dapat berupa Nama Barang, Nomor Barcode, Nama Manufacturer, Spesifikasi Barang, dan Harga Jual di retailer A, di retailer B atau retailer lain yang diminta.
Dengan teknologi seperti ini mekanisme pasar akan lebih effisien. Konsumen akan semakin mudah menentukan, retailer mana yang lebih murah dan mana yang lebih mahal. Jika tidak memiliki nilai tambah yang significant, jangan harap retailer dapat menarik hati calon pelanggan. Semakin jelaslah bahwa dimasa depan retailer harus ekstra keras mengeffisiensikan sistem operasi dan sistem supply chainsnya jika ingin sukses. Hilangkan in-effisiensi dalam supply chain, kurangi jumlah supplier untuk satu jenis produk yang sama 25% setiap tahunnya, berikan empowerment kepada tiga orang terbaik bukan anggota keluarga untuk mengelola usaha, jauhkan sepupu dari usaha kita, rekruit orang-orang yang memiliki integrasi, dan berikan mereka gaji dan benefit yang memuaskan. Tanpa itu … selamat tinggal! Dan selamat bergabung di dunia under dog!
Trend berikutnya yang akan terjadi dengan diserapnya perkembangan TI ke Indonesia adalah penerapan QECR dalam proses logistik dan distribusi barang oleh retailer. Prinsip utama QECR adalah pemanfaatan teknologi guna meningkatkan effisiensi dan kecepatan respon dari retailer terhadap permintaan pasar, dengan demikian perkembangan teknologi komputer dan komunikasi akan berdampak besar terhadap QECR. Saat ini sistem manufacture, distributor dan retailer merupakan tiga sistem yang terpisah dan tertutup. Di masa depan ke tiga sistem ini akan menjadi satu, karena tuntutan effisiensi yang lebih tinggi.
Implemantasi QECR oleh retail akan menjadi satu kompetitif advantage di masa depan, sepandan dengan besarnya investasi yang harus ditanamkan oleh perusahaan. Wal-Mart misalnya menanamkan investasi senilai 2.4 juta USD pada tahun 1983 hanya untuk membeli teknologi komunikasi via satelit untuk meningkatkan effisiensi distribusi dan logistiknya. Pada awalnya Sam Walton, sang pendiri, enggan mengeluarkan dana sebesar itu hanya untuk komputerisasi. Namun akhirnya ia mengalah terhadap desakan para top managernya seperti David Glass, Jack Shewmaker dan Ron Mayer. Dua tahun pertama investasai ini belum menunjukkan hasil. Namun investasi tersebut akhirnya diakui sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan Wal-Mart saat ini. Sehingga Wal-Mart mampu menggabungkan sistem mereka dengan sistem para suppliernya. Dengan demikian mereka mampu membeli dengan harga lebih murah, plus biaya logistik & distribusi yang lebih effisien Tak heran jika mereka dapat membuktikan bahwa jika belanja di Wal-Mart … Every Day Low Price! Kini Wal-Mart adalah retailer terbesar dalam hal omzet di dunia. Semua pencapaian itu memang tidak gratis, total investasi Wal-Mart pada saat itu untuk membeli teknologi komputer dan komunikasi satelit hampir mencapai 700 Juta USD.
Hal yang menggembirakan adalah kesadaran dari para manufacture (supplier) untuk turut memperbaiki teknologi komputerisasi dan komunikasinya. Sehingga dengan adanya upaya dua pihak,. retailer-supplier; Untuk sama-sama memperbaiki teknologi mereka, biaya investasi diharapkan dapat lebih murah. Contoh kolaborasi retailer-manufacture dalam program supply chain integration, misalnya antara Wal-Mart dan P&G. Manufacture lain misalnya Nestle, mengembangkan sistem supply chains berbasis internet. Nestle menanamkan USD 1.8 milyar untuk mengembangkan sistem tersebut. Sebelumnya Nestle memilki 5 sistem e-mail dan 20 versi software accounting, dengan sistem barunya ini, Nestle mulai beralih menuju penggunaan satu paket software. Database Nestle menggunakan satu kode produk tunggal, sehingga pembeli produk Nestle di satu negara dapat membeli produk yang sama dari divisi Nestle di negara lain. Seluruh database Nestle disentarlisasikan di 6 pusat data, dan dapat diakses lewat internet. Nestle juga dapat mengetahui berapa banyak pembelian yang dilakukan oleh satu account, proses negosiasi dilakukan tersentalisasi, sehingga memberikan volume yang lebih besar per satu purchase order, dengan demikian lebih effisien. Pembelian lintas negara menjadi lebih mudah dikoordinasikan.
Non store retailing dan QECR melalui internet merupakan trend blue chip di masa mendatang di Indonesia. Kemajuan teknologi komputer dan komunikasi akan mempercepat pertumbuhan e-retailing dan penerapan praktek QECR.

EVOLUSI PERKEMBANGAN SISTEM INFORMASI

Penggabungan antara teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi atau perubahan di bidang sistem informasi.
Secara garis besar ada empat era perkembangan sistem informasi, yang dimulai dari pertama kali ditemukannya komputer hingga saat ini. Pada era pertama atau Era Komputerisasi, periode ini dimulai sekitar tahun 1960–an ketika mini komputer dan mainframe diperkenalkan perusahaan, seperti IBM, ke dunia industri. Kemampuan menghitung sedemikian cepat menyebabkan banayak sekali perusahaanyang memanfaatkannya untuk keperluan pengolahan data (data processing). Pemakaian komputer dimasa ini ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, karena terbukti untuk pekerjaan–pekerjaan tertentu, mempergunakan komputer jauh lebih efisien dibandingkan dengan mempekerjakan berpuluh–puluh Sumber Daya Manusia untuk hal serupa.
Pada era tersebut, kebanyakan perusahaan–perusahan besar yang bergerak di bidang infrastruktur (listrik dan telekomunikasi) dan pertambangan pada saat itu membeli komputer untuk membantu kegiatan administrasinya. Pada era kedua atau Era Teknologi Informasi, yang terjadi diawal tahun 1970–an, teknlogi PC (Personal Computer) mulai diperkenalkan sebagai alternatif pengganti Mini Computer. Kegunaan komputer diperusahaan tidak hanya untuk meningkatkan efisiensi, tetapi juga untuk mendukung terjadinya proses kerja yang lebih efektif. Tidak seperti halnya pada era komputerisasi ketika komputer hanya menjadi “milik pribadi” divisi EDP (Elektronik Data Processing) perusahaan, di jaman atau era kedua ini setiap individu di organisasi dapat memanfaatkan kecanggihan komputer, seperti untuk mengolah data base, spreadsheet, maupun data processing (end user computing). Pada era ketiga atau Era Sistem Informasi,
pada era ini yang lebih ditekankan adalah sistem informasi, karena komputer dan teknologi informasi merupakan komponen dari sistem informasi. Kunci keberhasilan perusahaan di era tahun 1980–an adalah penciptaan dan penguasaan informasi secara tepat dan akurat. Tidak dapat disangkal lagi bahwa kepuasan pelanggan terletak pada kualitas pelayanan. Disinilah peranan sistem informasi sebagai komponen utama dalam memberikan keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu, kunci kinerja perusahaan adalah pada proses yang terjadi baik dalam perusahaan (back office) maupun yang langsung berhubungan langsung dengan pelanggan (front office). Dengan memfokuskan diri pada penciptaan proses bisnis yang efisien, efektif dan terkontrol dengan baik, sebuah perusahaan akan memiliki kinerja yang andal. Tidak heran di era tahun 1980–an sampai dengan awal tahun 1990–an terlihat banyak sekali perusahaan yang melakukan Business Process Reengineering (BPR), restrukturisasi, implementasi ISO–9000, implementasi TQM, instalasi dan pemakaian sistem informasi korporat (SAP, Oracle, BAAN) dan sebagainya. Pendayagunaan teknologi informasi terlihat sangat mendominasi setiap program manajemen perubahan perusahaan. Pada era keempat atau Era Globalisasi Informasi, fenomena yang terlihat sejak tahun 1980–an, perkembangan di bidang teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) demikian pesat. Keberadaannya telah menghilangkan batas–batas antar negara dalam hal flow of information. Tidak ada Negara yang mampu membatasi aliran informasi dari atau keluar negara lain karena batasan antar negara tidak dikenal di dunia maya. Penerapan teknologi seperti LAN, WAN, GlobalNet, Intranet, internet dan ekstranet semakin hari semakin merata dan membudaya di masyarakat. Perusahaan – perusahaan pun tidak lagi terikat pada batasan fisik . Melalui dunia maya, seseorang dapat mencari pelanggan di seluruh dunia yang terhubung dengan jaringan internet. Teknik industri adalah cabang dari ilmu teknik yang berkenaan dengan pengembangan, perbaikan, implementasi, dan evaluasi sistem integral dari manusia, pengetahuan, peralatan, energi, materi, dan proses.










*

Rabu, 17 Maret 2010

PENGERTIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Teknologi pendidikan adalah suatu disiplin ilmu yang memfokuskan diri dalam upaya memfasilitasi belajar pada manusia. Jadi obyek formal teknologi pendidikan menurut pengertian ini adalah bagaimana memfasilitasi belajar. Memfasilitasi belajar dengan cara melalui identifikasi, pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar. Disamping itu, melalui pengelolaan yang baik dan tepat terhadap proses daripada pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar tersebut.

Menurut Cutchal definisi teknologi pembelajaran atau pendidikan merupakan penelitian dan aplikasi ilmu prilaku dan teori belajar dengan menggunakan pendekatan sistem untuk melakukan analisis, desain, pengembangan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan penggunaan teknologi untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja. Tujuan utamanya adalah pemanfaatan teknologi (soft-technology maupun hard-technology) untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja manusia.

Selain itu, ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik) dan meningkatkan kinerja.